Selasa, 21 Februari 2012

Dibalik Kesunyian Malam mu ....!!

Tanjungpinang - Sayup, sunyi, sepi berjalan menyusuri panorama malam kota Tanjungpinang. Tak tampak seorangpun di tengah kota yang ada hanya berbarisnya mobil – mobil dan angkutan umum di tepi pertokoan halaman tepat di jalan Merdeka.
“ Begini suasana malam kota Gurindam negeri berpantun ini. saat tengah malam memang terlihat masyarakat ditengah kota ini benar – benar memanfaatkan waktu istirahatnya, menjelang keesokan harinya untuk melakukan aktifitas kembali.”
Disudut – sudut tempat memang tampak warung – warung kecil dengan sebuah mentol berwarna kuning dan sayup suara lantunan musik serta suara siaran Televisi yang berukuran mini, turut menemani dan menghibur penjaga warung yang lagi berjaga menunggu pembeli di malam hari.
Sepanjang dalam perjalanan malam dikota ini, memang saya akui pada aspek penilaiannya sangat berbeda dengan daerah - daerah lain seperti Batam misalnya, ketika tengah malam masih banyak terdengar panggung – panggung hiburan yang asyik berbunyi hingga subuh hari, ditambah lagi dengan aktivitas kendaraan yang bolak – balik masih sering terjadi.
Hal seperti ini, berbeda dengan kota Tanjungpinang saat tengah malam tepatnya diatas jam 12. 00 malam, suasana ini sangat jauh berbeda dengan kota Batam. Masyarakat seperti sudah terbiasakan dengan tidak melakukan aktifitas apapun.
“ Ini sebuah ke unikan bagi saya pribadi, berapa kali saya iseng mengelilingi perkotaan ini, tepatnya pada saat tengah malam, dengan menggunakan sepeda motor dan ditemani jaket hitam tebal sebagai pelindung diri dari embunnya suasana malam, dimulai dari Km.08 kota Piring, hingga jalan Merdeka tak terdengar kendaraan – kendaraan bolak – balik apalagi pusat pembelanjaan yang masih terbuka lebar, semua tertutup dan terkemas rapi.” Sebuah keunikannya lagi, terlihat mulai sepi di tempat – tempat tertentu yang biasa buat anak – anak muda ngumpul dan berpacaran, sebut saja seperti di taman bungan panorama jalan atas restoran Sadap, hingga sama halnya dengan tempat – tempat lain seperti di Tugu Pinsil, dan Tepi Laut hanya terlihat kursi – kursi kosong yang tak banyak diduduki. Kalaulah hal – hal ini akan dibiasakan dilakukan oleh masyarakat Kota Gurindam ini pastilah sesuatu yang akan dicita – citakan Negri ini akan semakin mudah di nanti. Seperti yang dijanjikan Provinsi ini menciptakan Bunda Tanah Melayu yang sejahtera, berakhlak mulia dan ramah lingkungan.
Dengan sering – sering melakukan aktifitas di rumah dan hal yang positif pula, ini akan semakin terjaga moral bangsa banyak yang didapatkan bagi kontribusi negeri ini selain masyarakatnya yang berakhlak mulia juga pastikan tercipta perdamaian antar sesama.
Sepertinya masyarakat mulai melihat dan  menyadari apa yang didapatkan ketika duduk – duduk bersantai - santai dengan banyak menghabiskan waktu yang hanya dimanfaatkan dengan bualan kosong, tanpa memberikan kesan yang bermakna. Hanyalah lagi perlu berbenah diri akan pengaruh kecanggihan tekhnologi yang tidak dimanfaatkan dengan baik. ini banyak dilakukkan pemuda dan remaja masa kini.
Perbenahan ini sangat harus digalakkan baik pemerintah sendiri, orangtua serta masyarakat sekitar agar tidak membiarkan penerus – penerus generasi Bangsa ini hancur dengan kerasnya kemajuan tekhnologi. Memang saya menyadari di balik kelebihan pasti ada kekurangan, namun kalau kekurangan – kekurangan ini tidak semakin kita jaga bersama dan kita benahi secara bersama – sama kapan negri ini akan sejahtera ?
Memang saya melihat, di tengah kota memang sepi dan mulai tampak rapi namun tak bisa dipungkiri masih banyak remaja yang bergadang sampai – sampai terkadang nginap di tempat ini hanya karena untuk bermain Game online dan sebagainya, yang hasilnya sama sekali tidak bermanfaat bagi mereka. Coba kita belajar dan melihat dari negara maju seperti Jepang contohnya, sering melakukan ekspedisi – ekspedisi baru dengan menciptakan banyak tekhnologi baru seperti handphone, komputer dengan berbagai ukuran, serta hal lain positifnya yang banyak di gunakan remaja – remaja masa kini.
Mulai dini mari kita kendalikan generasi muda masa kini, galakkan dengan melakukan hal yang positif. Pemerintah mulai melirik – melirik generasi mudanya jangan sampai generasi muda masa kini semakin terhibur dengan kecanggihan masa kini hingga sampai lupa diri. Hal seperti ini tidak akan berhasil jika kedua orangtua tidak turut ambil andil memberikan nasehat – nasehat yang baik untuk membangkitkan anak dalam melakukan sesuatu yang positif, juga dekati anak dengan penghambaan diri sebagai hamba Allah Swt, serta lakukan komunikasi yang baik tehadap anak sehingga anak tidak memilih banyak bercerita dengan teman sekelilingnya belum tentu teman tersebut baik.
Memang dari segi keunikan pada awal penulisan tadi, saya menyadari masih banyak yang harus di benahi dalam tatanan kehidupan ini. namun tidak tertutup kemungkinan 2015 Tanjungpinang sebagai Bunda Tanah Melayu akan menjadi pusat percontohan dari daerah – daerah lain sebagai Negeri berbudaya, bermartabat serta berakhlak mulia. 

Sabtu, 18 Februari 2012

mereka ADIK - ADIK KITA SEMUA





Antara ANAK JALANAN dan BADAN PERLINDUNGAN ANAK PROVINSI KEPRI

18 februari 2012
Tanjungpinang. Inilah seputar gambaran anak – anak jalan di kota Tanjungpinang, banyak diantara mereka yang mengahabiskan waktu di jalan raya seperti ini hanya untuk menjajakan Koran atau ngamen ditengah bundaran lampu merah.
Setiap bundaran lampu merah di kota Tanjungpinang seperti Jalan Basuki rahmat, lampu merah bundaran Pamedan, dan terakhir di lampu merah Kota piring. Inilah mereka setiap pagi dan sore dengan raup wajah yang sangat lesu dan kecapean kalau kita lihat.
Menurut data yang saya dapatkan berdasarkan hasil survey oleh Forum BEM Peduli Pendidikan Anak ( FBPPA ) Kota Tanjungpinang, data anak – anak lover korang ( jualan koran ) jumlahnya 13 anak, Pengamen jalanan jumlahnya 6 anak, pengamen anak punk jumlahnya 4 anak, pengemis 3 anak dan pemulung 4 anak ( data bulan desember 2011 ).   Jadi angka yang dapat menjadi perhatian kita bersama di sini adalah anak loper koran, anak loper koran atau anak jualan koran di kota Tanjungpinang nilai nya lumayan menarik perhatian.
Setiap masyarakat ataupun pihak pemerintahan harus menyoroti hal ini, mungkin selama ini ketika kita berhenti di setiap lampu merah, hati ini selalu bertanya “ mengapa kok anak sebesar ini sudah bisa nekat berjualan koran di jalan – jalan seperti ini yang medan nya sangat membahayakan bagi diri mereka ? ” bahkan kalau kita lihat ada beberapa anak yang umurnya masih sangat membahayakan untuk berjualan koran seperti ini dijalanan.
Apalah lagi, kemaren ketika saya pulang dari arah kota tepatnya sekitaran jam 16.00 wib ada diatara anak – anak jalanan ini yang berjualan koran tanpa mengenakan alas kakinya. Kita ketahui bahwa tanah aspal bukanlah tanah yang biasa semkin teriknya matahari semakin panas aspal itu, apakah ini tidak membahayakan bagi kesehatan diri pribadi mereka ?
Belum lagi dari cara berpakain mungkin dari saya pribadi menilai apa yang  mereka gunakan untuk setiap hari pada waktu mereka berada di tengah bundaran jalan raya, itu bukanlah cara yang sehat untuk kulit anak yang umur masih sangat labil ini seperti mereka ! belum lagi asap – asap kendaraan yang mengepul sangat menggangu kesehatan pernapasan mereka.
Banyak lagi kalau kita bayangkan penyebab – penyebab yang akan ditimbulkan, akan tetapi dari setiap masalah yang terjadi terkadang sudah menjadi kebiasaan bagi kita semua, kita hanya bisa melihat membayangkan, bahkan berpikir sejenak “ kenapalah ada anak yang usia labil seperti ini di izinkan orangtuanya untuk berjualan koran ? ” mungkin mayoritas kita hanya bisa berkata seperti ini. jadi berbicara soal perhatian orangtua mereka ada beberapa hasil survey dari rekan – rekan mahasiswa dapatkan bahwa anak – anak ini berjualan koran hasil nya untuk di tabung dan membantu perekonomian orangtua meraka. Dari pihak orangtua anak sendiri mengatakan anak – anak mereka sudah terbiasa hidup seperti ini, jualan koran dijalan setiap pagi terkadanga dilanjutkan siang hari sepulang mereka dari sekolah. Dan bahkan salah satu orangtua mereka merasa dengan mereka berjualan koran seperti ini, mereka dapat membiayai makan bahkan jajan mereka tanpa ongkos yang harus di keluarkan dari kocek kami. Menurut pengakuan dari salah satu orangtua anak lover koran yang didapatkan ketika waktu survey Forum BEM Peduli Pendidikan Anak kota Tanjungpinang tahun lalu.
Memang kalau kita pikirkan pemikiran dan kasih sayang anak – anak ini begitu besar buat kedua orangtua mereka beda dengan pemikiran anak di zaman sekarang ini. bahkan ada salah satu diantara anak lover koran ini yang umurnya masih berkisar 7 tahun seorang beliau sampai saat ini membiayai kehidupan dan membelikan obat – obatan sakit untuk seorang nenek yang sudah lanjut usia. Pengakuan warga setempat anak ini hidup bersama dan sudah begitu lama di tinggal salah seorang orangtuanya, yang menurut cerita berpisah karena soal perekonomian dan percekcokkan dalam rumah tangga. Anak – anak seperti ini selain berjiwa semangat ingin membantu perekonomian orangtua mereka, juga punya misi yang begitu besar kedepan ada yang bercerita ingin menjadi Pengusaha, Polisi, ada yang ingin menjadi seorang PNS dan bahkan menjadi seorang ustazah.
Memang dari pihak Badan Pemberdayaan Perembuan dan Perlindungan Anak ( BPPPA ) Provinsi kepulauan Riau,  sekarang sudah mengadakan kegiatan mingguan yang dilakukkan bertahap seperti di jelaskan Puji Astuti di Rumah singgah Engku Putri dalam pertemuan dengan 40 anak jalanan bersama orangtua mereka sekaligus. Dalam ungkapan nya “ kami mengharapkan agar orangtua tidak menganjurkan anak – anak mereka bekerja dijalan demi membantu perekonomian keluarga, dan beliau juga mengatakan sangat perihatin dengan kehidupan mereka, kita juga prihatin dengan anak – anak yang akan menjadi tulang punggung bangsa ini kedepan. Kita harus bersama – sama menyelamatkan anak bangsa ini.” maka itulah, dari Pihak Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ( BPPPA ) Provinsi Kepri mengadakan kegiatan Bulanan, dengan anak – anak jalanan dengan dibantu pihak KPAID Provinsi Kepri dan pihak P2TP2A Rumah singgah Engku putri. Sumber harian Umum haluan Kepri 09 januari 2012.
Kegiatan ini, katanya sangat mendukung dalam upaya mengurangi angka minimum anak – anak jalanan di kota Tanjungpinang, agar mereka dapat menyadari betapa resiko – resiko besar yang akan mereka hadapi ketika sering berada di jalanan. Tindakan yang dilakukan pemerintah ini baik, akan tetapi apakah pemikiran yang dirasakan orangtua dan anak – anak sama seperti apa yang sudah di programkan oleh pemerintah terkait?
Apakah semakin digalakkan kegiatan – kegiatan bulanan oleh Badan Perlindungan anak ini akan semakin membuat anak sadar? Saya pikir anak – anak merasa ke enakkan dengan kegiatan – kegiatan yang diberikan, mengapa tidak mengadakan hal yang lain seperti membantu kehidupan mereka, buat kegiatan belajar kecil yang materi – materi yang menantang imajinasi dan kreatifitas mereka. datangkan seorang motivator yang membuat mereka simpatik yang meyakinkan kalau tidak akan berada dan bekerja kembali di jalanan. Disamping itu juga dari pihak orangtua sendiri, harus benar – benar memperhatikan anak nya berikan kasih sayang walau kita sibuk dengan kerja demi kebutuhan sehari – hari. Kasih sayang sangat penting, karena beberapa data yang didapatkan anak merasa orangtua sibuk dengan kesibukan mereka sendiri tanpa mau peduli dengan nasib mereka, Anak merasa kurangnya kasih sayang bahkan perhatian.
Mengapa saya tergerak hati ingin menulis artikel ini? saya menyadari setelah berapa tahun saya tinggal di kota Tanjungpinang ini, saya merasa telah banyak berkeliaran anak – anak jalanan di setiap perempatan lampu merah jalan kota Tanjungpinang. dengan cara apa saya membantu mereka anak – anak jalan ( lover koran ) ini, yang umur mereka rata – rata masih dibawah 10 tahun. Sudah bertarung dalam kehidupan yang begitu pedih seperti ini. mungkin berapa masukkan bagi kita semua dalam hal upaya agar anak – anak jalanan baik lover koran, Pengamen atau bahkan Pemulung agar dapat teratasi dengan baik. Langka Awal, dalam upaya kita mewujudkan masyarakat yang sejahtera yang telah tampak di tengah – tengah kita mari bersama – sama mari kita peduli dengan mereka, dengan cara apapun kami siap membantu. Kedua, buat suatu komunitas kecil dimana dalam kegiatan nya dapat mengasah daya pikir anak. Ketiga, rata – rata anak – anak banyak mempunyai bakat – bakat tertentu, seperti Bermusik, berjiwa Enterprenership namun semua ini masih belum mendapat bimbingan yang jelas, mohon bersama – sama kita usahakan agar bakat mereka tersalurkan. Keempat, sepertinya anak sangat kurang terdidik akan moral yang baik, seperti bagaimana makan dan minum yang baik, cara berpakain yang baik, cara berteman yang baik, ungkapan kata – kata yang baik, sepertinya sangat minim nah, ini menjadi tugas kita bersama tidak hanya orangtua mereka bahkan kita yang merasa peduli dengan masa depan anak bangsa. Mungkin dari keempat tawaran ini sudah bisa mewakili ungkapan isi hati saya dalam membuat artikel ini. dan saya sangat berharap ada suatu bentuk kepedulian kita bersama dalam upaya menyelamatkan anak bangsa yang jika semakin kita biarkan dan kita lihat saja dengan dua buah mata ini alamat visi kita akan terwujud sebagai tanah melayu yang Sejahtera, Mulia dan ramah Lingkungan.


Sabtu, 11 Februari 2012

antara mafia Pertambangan vs kebijakan Pemerintah

Mafia pertambangan di Kepulauan Riau

Description: C:\Documents and Settings\User\My Documents\Foto0203.jpgPertambangan di Kepulauan Riau, sepertinya sudah sering terjadi di wilayah ini. banyak isu – isu publik yang mengatakan proses pertambangan di wilayah Kepulauan Riau akan di tiadakan lagi, karena ini akan mengakibatkan dampak yang sangat patal. Dimana dengan semakin di kruk – dan di gali tanah – tanah ini, tanah akan semakin tidak sehat lagi akibatnya masyarakat sekitar akan mendapatkan musibah. Musibah ini akan tampak ketika hujan lebat lingkungan sekitar pasti akan banjir.

Meski kelihatannya, selama ini kita lihat proses pertambangan tersebut jauh dari pemukiman warga, namun apakah akan selama nya lingkungan ini tetap seperti ini, seiring berjalannya waktu perubahan suatu iklim dan lingkungan setempat akan senantiasa berubah.

Dimana penduduknya mulai gelisah dengan keadaan seperti ini tidak dapat dipungkiri ini diakibatkan oknum – oknum yang tidak ambil peduli akan lingkungan setempat. Kalau kita berbicara mengenai oknum, banyak yang berperan disini hanya karena di beri imbalan Rupiah yang tidak setimpal dengan hancurnya lingkungan pertambangan tadi. Para oknum – oknum pelaku penambang liar tersebut hanya memandang sebelah mata akan peran lingkungan tersebut. Asal dapat menguntungkan kocek pribadi, semua akan dilibas habis sampai inti – inti tanahnya di gali.

Heran nya pemerintah memperhatikan aksi ini. belum ada hal sedikitpun yang membuat masyarakat itu yakin terhadap masalah pertambangan di Kepulauan Riau ini. Apakah ada persekongkolan diantara mereka dengan pemerintah ?

Boleh lah kita melihat beberapa penguatan yang menegaskan bahwa oknum pertambangan akan di awasi dengan baik oleh beberapa instansi pemerintahan, akan di tindak ketika kelihatan ada penambang – penambang liar yang melakukan pertambangan liar di daerah setempat. Tapi apa sampai saat ini masih ada penambang – penambang yang semakin meraja lela.
Banyak LMS – LMS dan pemuka masyarakat yang sudah berkoar – koar mengingatkan dengan lewat sindiran Media apalah lagi kita lihat beberapa waktu kemarin ada sekumpulan Mahasiswa yang tergabung di PMII Provinsi Kepri. Dalam demo mereka ( selasa 7 februari 2012 ) sumber : metroTVnews.com . mengatakan ada dua PT. Yang selama ini menjadi mafia pertambangan, dan berhasil mengirim hasil Tambang ke luar wilayah. Ini jika semakin di biarkan akan terus – menerus daerah ini ter kikis habis secara berlahan – lahan dan musibah akan terjadi di sudut – sudut daerah Kepri ini.  

Sangat di sayangkan kita banyak membentuk instansi pemerintah yang berperan dalam bidang Industri serta Energi mengapa tidak ligat dalam menangani masalah yang tak kunjung usai ini ? kemana kebijakan – kebijakan mereka ?

Kami senantiasa melihat beberapa tempat seperti di Dompak, senggarang, bahkan di tempat seperti Natuna, Dabo, Bahkan di Tanjungpinang sendiri sebagai Ibu Kota nya Provinsi sudah kelihatan ada galian Boksit, lihat saja di Senggarang. Padahal kita tahu disana adalah pusatnya pemekaran kota, Memang masyarakat mau jika diberi tempat tinggal yang sudah ada galian boksit ? ke mana hati nurani Pemerintah ?

Kalau lah hal seperti ini tidak dicari solusi nya kemana lagi jalan keluarnya ? mari lah bersama – sama kita antisipasi jika tidak mampu dalam menangani masalah ini, bicarakan di media “jangan biarkan Bumi ini semakin dirampas oleh hati – hati yang Kotor”. Yang memanfaatkan hasil ini hanya dengan memberikan uang – uang untuk pekerja atau masyarakat yang merasa dirugikan di sekitar itu.

Uang – uang itu tidak sepadan dengan hilangnya sebagian bumi ini, berapa banyak kita dirugikan milyaran bahkan triliunan Rupiah, tidak hanya itu daerah ini akan terasa lembab yang lama kelamaan akan mengakibat kan banjir besar – besaran berapa tahun mendatang.

Mungkin apakah kita tidak punya mata ketika melihat negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia bahkan lebih megah dari negara yang konon punya wilayah yang berapa kali lipat jika dibandingkan dengan dua negara tersebut. Mungkin apakah kita tidak punya hati ketika melihat air mata yang jatuh diakibatkan lingkungan mereka tercemar oleh debu – Debu sisa Pertambangan tersebut. Yang mengakibatkan anak – anak mereka terserang penyakit yang membahayakan ? kemana kah hati nurani para pembesar – pembesar di daerah ini.  ketika hal ini terjadi kita hanya mungkin kita hanya bisa saling menyalahkan, tonjok – tonjokkan, saling hancur – menghancurkan.

Saya kira sudah terlambat masa nya, masa nanti bukan lah untuk pergaduhan, masa nanti bukan lah masa untuk menyalahkan, akan tetapi sekaranglah masanya kita menjaga mebentuk pola pikir yang cemerlang, bertindak yang sewajarnya, cepat mengambil keputusan. Jika tidak kita akan seperti se ekor Elang yang memangsa mangsanya sendiri demi memuaskan hati dan kantong makanan nya. (10/02.12)


Menulis artikel ?? BINGUNGG,....

kiat - kiat menulis dengan baik ,... 


Pertama, hobi membaca buku. Pater Bolsius SJ, seperti dikutip Wishnubroto Widarso dalam bukunya Pengalaman Menulis Buku Non-Fiksi pernah berucap, “If you don’t read, you don’t write”. Jikalau engkau tak (punya kebiasaan) membaca, engkau tak bisa menulis.

Jose Daniel Parera dalam Konggres Bahasa ke-5 di Jakarta mengatakan, banyak-banyaklah Anda membaca, biarkan ia mengendap dalam benak Anda, suatu saat pemahaman Anda semakin luas, dan akan tiba saatnya Anda harus menulis.

Hernowo, dalam bukunya Mengikat Makna menyatakan, ibarat Anda buang hajat besar lantaran kekenyangan, seseorang akan gampang mengungkapkan apa saja yang diingininya lewat tulisan. Jadi, membacalah sebanyak-banyaknya, suatu ketika hasrat menulis akan timbul pada diri Anda secara alami. Dan pengetahuan yang luas yang Anda dapatkan dari membaca akan memudahkan Anda untuk menuangkannya ke dalam tulisan.

Kedua, membaca alam. Membaca tak semata-mata membaca buku, tapi juga membaca alam. Fenomena alam akan menjadi inspirasi sebagai bahan tulisan. Termasuk, membaca alam adalah membaca peristiwa kehidupan. Di panggung kehidupan ini ada banyak peristiwa yang bisa digali untuk bahan penulisan.

Ketiga, mempunyai buku harian. Ibarat pelari, perlu jogging harian. Penulis juga begitu, memerlukan media untuk menuliskan ide-ide yang bekerjapan dan lalu lalang setiap harinya. Maka, buku harian merupakan media yang tepat untuk itu. Milikilah buku harian, tulislah apa saja sepanjang hari. Hal itu akan berguna untuk mengasah ketrampilan menulis dan melatih kepekaan kepada kata-kata. Selain itu, menulis setiap hari di buku harian juga berguna untuk membangun kepribadian. Seorang psikolog dan ahli terapi menulis, James Pennebaker, menganjurkan, “Write your wroung !”.

Ke-empat, suka korespondensi. Menulis surat atau korespondensi adalah latihan berkomunikasi secara tertulis yang cukup efektif. Dalam menulis surat kita berlatih memilih kata-kata yang pantas untuk pembaca. Dalam hal ini, pembaca bisa berarti teman dekat, kenalan baru, orangtua, pejabat, maupun orang asing di tempat jauh yang belum kita kenal.

Kelima, mencintai bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi. Dari bahasa, indikasi dari tingkat intelektualitas seseorang akan tampak. Apakah dia seorang yang memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi atau tidak. Kekayaan kosakata-lah yang membedakaannya. Karenanya, cintailah bahasa. Buka-bukalah kamus Bahasa Indonesia. Ternyata ada banyak kata yang bagus yang dapat kita gunakan dalam tulisan kita, tapi selama ini kita belum mengetahuinya karena itu kita tidak menggunakannya.

Ke-enam, hobi meneliti. Minat meneliti merupakan sarana yang akan semakin meningkatkan kedalaman dan luasnya jangkauan tulisan kita. Ia akan menjadi inspirasi yang hebat untuk bahan tulisan kita. Menurut Eka Budianta, sebelum menulis Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa, YB Mangunwijaya mendalami masyarakat Maluku dan pola hidup Maritim di sana. Begitu juga novel Para Priyayi Umar Kayam, yang ditulis dengan mengadakan berbagai penelitian dan dukungan perguruan tinggi di Amerika Serikat.

Ketujuh, suka diskusi. Diskusi merupakan ajang tukar pendapat. Dalam diskusi akan banyak pendapat dari luar diri kita yang dapat menimbulkan letikan ide atau inspirasi untuk bahan tulisan kita.
Itulah tujuh kiat yang bisa dipraktekkan. Prof. Dr. Floyd G. Arpan mengatakan, “Kecakapan menulis tak akan begitu saja jatuh dari langit. Tapi kecakapan itu baru bisa dicapai dengan jalan berlatih”.