Mencari jati diri Seorang Pemimpin

TULISAN  ini hasil dari coretan semata selama mengikuti perkembangan sang Walikota yang sudah menjalankan roda pemerintahannya terhitung sejak tanggal 7 Januari 2013 hingga saat ini. Lebih kurang sudah menginjak delapan bulan, namun roda pemerintahan itu kini semakin melemah dimata masyarakat.

Memasuki usia delapan bulan bak seperti menunggu si jabang bayi melahirkan dari kandungan rahim seorang ibu. Tentu harapan besar masyarakat sama dengan seorang ibu yang mengandung anaknya yang nanti pasti akan lahir tepat memasuki usia sembilan bulan lebih sepuluh hari.

Harapan seorang ibu, siapapun si jabang bayi yang lahir baik laki-laki maupun perempuan tentu pasti berharap terlahir dengan sehat tanpa cacat sedikitpun. Harapan yang paling utama si ibu adalah kelak si jabang bayi akan menjadi bayi yang berakhlak mulia dan berguna bagi nusa dan bangsa.

Terlepas dari itu, harapan masyarakat Tanjungpinang khususnya yang sudah hampir seratus persen memilih pasangan Lis-Syahrul mempercayai bahwa dengan nama baru ini, akan lahir sosok pemimpin daerah yang membawa Tanjungpinang maju, berkembang dan mengukir prestasi yang cemerlang layaknya harapan seorang ibu si jabang bayi.    

Seiring berjalannya waktu, kepemipinan Lis - Syahrul sudah hampir menginjak satu tahun tentu awal dari pertumbuhan itu, vitamin dan khasiat khusus yang dibawa sang walikota ini pasti masih memiliki persedian penuh, pemikiran dan perubahan demi perubahan tentu akan semakin dipikirkannya demi mengukir nama baik kepemimpinannya selama periode 2013 - 2018.

Kini sudah mulai terdengar desas desus masyarakat mengeluh kesakitan akan beragam permasalah yang menyangkut nama baik sang walikota sebagai sosok yang dulu sempat disanjung dan didukung dipundak masyarakat ramai.

Menjadi pemimpin daerah memang tidak mudah, tidak semua orang mampu menjalani roda kepemimpinan itu. Banyak hal yang meski diurus belum lagi mengusut tuntas keberadaan minyak tanah, jalan berlubang, harga sembako naik, harga tahu tempe, permasalahan selingkuh pegawai pemerintahan hingga permasalah harga buku sekolah mahal saja masyarakat harus mengadu kepada walikota. 

Permasalahan kecil seperti ini terkadang membuat sebagian besar kalangan memandang sebelah mata sosok pemimpin daerah. Hal ini bukan saja sering terjadi dikota yang dulu disebut-sebut kota Gurindam ini, bahkan dikota besar lain pun selalu terjadi dan pasti akan terjadi.

Carut marut mulai terbesit dibibir masyarakat, entah memproteskah atau mengingatkankah atau memang sengaja ingin menjatuhkan sosok nama baik itu, tetapi yang jelas selama itu tidak membuat pening kepala sang walikota, tentu sebagian besar masyarakat Tanjungpinang yakin memasuki usia satu tahun nanti kepemimpinan Lis-Syahrul yang menjabat sebagai walikota Tanjungpinang akan mulai terasa bahwa kepemimpinannya mulai menunjukkan taring yang sehat, seperti si jabang bayi yang mulai tersenyum dan merongrong menangis akibat kehausan karena tidak minum susu. 

Si bayi mungil kini sudah melahirkan, dan setiap waktu terkadang menangis entah karena kesakitan atau tidak nyaman dengan suasananya yang baru yang jelas lahirnya si jabang bayi tersebut merupakan harapan besar bagi seorang ayah dan ibu kedepan untuk menjadikan anaknya sebagai pemimpin seperti sang Walikota dan Wakil Walikota tersebut.

Orang awam selalu bilang, bahwa “Kepemimpinan itu tindakan, bukan jabatan," sejak Sekolah Dasar seorang anak mulai diajar mejandi seorang pemimpin yang baik. Berbekal menjadi seorang ketua kelas sosok pemimpin mulai tumbuh, meskipun sebagian teman-teman dekatnya selalu berucap, "Ah tidak enak menjadi ketua kelas itu, kita selalu disuruh-suruh seperti seorang pembantu saja,".

Nah begitulah seorang pemimpin selain mejadi motor yang hebat dan kuat tentu setiap waktu pasti memiliki pemikiran untuk tetap berinovasi sehingga dapat membawa anak buahnya merasa nyaman dengan keberadaannya sebagai seorang pemimpin.

Pemimpin itu tindakan, bukan jabatan, banyak orang yang berambisi menjadi seorang pemimpin, namun tidak sedikit pula ketika seseorang menjadi seorang pemimpin daerah tidak paham dan mengerti bagaimana mejalankan roda kemerintahannya dengan baik. Bingung bagaimana membangun serta menggunakan anggaran dasar sehingga semua bidang terisi dan terlaksana dengan baik.

Bahkan kini msyarakat harus mengingat kembali, berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.21-21 tahun 2013 dan nomor 132.21-22 tahun 2013 tanggal 7 Januari 2013, adalah saat yang paling berharga hingga meneteskan air mata sosok Lis Darmansyah dan Syahrul karena diangkat sebagai walikota dan wakil walikota Tanjungpinang yang baru untuk menjalankan roda pemerintahan selama lima tahun kedepan, ini merupakan anugrah yang sangat luar biasa.

Berbekal dari visi dan misi yang dibawanya untuk Tanjungpinang yang sejahtera, berakhlak mulia dan berwawasan lingkungan dengan pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel dan melayani, Lis Darmasyah sebagai walikota dan Syahrul sebagai wakil Walikota yakin akan berhasil menciptakan Tanjungpinang sesuai dengan visi dan misinya tersebut.

Tentu mantan dari seorang wakil ketua DPRD kepri ini, yang kini menjabat sebagai Walikota Tanjungpinang memiliki trik jitu untuk menciptakan Tanjungpinang sesuai dengan visi dan misinya tersebut, namun bagaimana kedepan masyarakat yang menilai hal itu dengan positif tanpa membandingkan keberhasilan saat ini dengan yang pernah terjadi.

Tentu masih banyak sekali bekalnya untuk mewujudkan kota Tanjungpinang ini sebagai kota yang berwawasan lingkungan dan pemerintah yang akuntabel.

Disamping itu juga, mengulang kembali sosok Lis Darmasyah saat menyampaikan Visi dan Misi di Rapat Paripurna Istimewa DPRD, Minggu (14/10/12) di Senggarang. bahwa Lis Darmansyah yang kini telah menjabat sebagai Walikota Tanjungpinang akan mengentas kemiskinan di Kota Gurindam jika terpilih sebagai walikota nantinya. Karena menurutnya waktu itu, bahwa Tanjungpinang merupakan kota yang masih tergolong miskin dibandingkan kabupaten dan kota lain di Kepri. Tanjungpinang katanya, berada pada peringkat dua terbawah d iatas Lingga dari segi kemiskinan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang dirangkumnya kemarin, Lis memprediksi bahwa Tanjungpinang berada pada peringkat ke-6 termiskin dari tujuh kabupaten dan kota di Kepri. Hal ini sangat tidak pantas disandang kota Tanjungpinang sebagai ibukota Provinsi Kepri.

Nah masih ingatkah sang Walikota dengan hal itu, tentu tidak akan pernah lupa. Masyarakat yakin berbekal tekat dan percaya diri yang besar serta berdoa menjelang satu tahun kepemimpinan Walikota dan Wakil Walikota Tanjungpinang saat ini diharapkan tidak mengecewakan masyarakat. ***